artikel mungut yang menarik

Kentut Berujung ke Pengadilan

Kentut Berujung ke Pengadilan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Hati-hati dengan kentut anda, bukan tidak mungkin berujung ke pengadilan sebagaimana kasus di rumah susun ini. Kisah ini berawal saat Omy Busytoni berada di rumah susun di kawasan Terminal Harjamukti, Kota Cirebon, pada 27 Juli lali.

"Saat itu saya dan teman saya tengah berbincang," katanya. Tiba-tiba perutnya terasa sakit. Omy mengaku benar-benar ingin kentut.

Tak enak ada temannya, Omy pun keluar kamar menuju lorong rusun. Di tempat itulah ia buang angin.

Nahas, ternyata ada seorang penghuni bernama Hotmin Sitohang yang mendengar kentut Omy. "Padahal jarak saya dan dia jauh, sekitar 12 meter," kata Omy.

Tak terima, Hotmin pun menegur Omy sambil mencekik leher Omy. Omy berusaha melepaskan cekikan dengan menggigit tangan Hotmin. Kejadian itu diperparah dengan kehadiran Yurmina Samosir, istri Hotmin. Melihat tangan suaminya digigit Omy, ia pun balas menggigit Omy.

"Saya tidak terima dengan perlakuan Hotmin dan istrinya, jadi saya pun melapor ke polisi," kata Omy.

Sedang versi Yurmina Samosir, saat itu Omy sangat arogan. "Dia justru balik marah denga sikap arogan," kata Yurmina. Bahkan Omy pun, lanjut Yurmina, sempat bilang, "Kentut, kentut saya, apa urusan kamu." Padahal, Omy sendiri bukan penghuni tetap rusun itu.

Yurmina pun mengaku sudah berusaha untuk berdamai. "Tapi ganti rugi yang diminta mahal sekali, sampai Rp 6 juta," katanya. Ia dan suaminya hanya mampu membayar Rp 400 ribu. "Uang dari mana, kami ini hanya pemulung," katanya.

Ketua majelis hakim, Setiadi, sempat menawarkan perdamaian saat persidangan pertama, Kamis (3/12), untuk meringankan Hotmin dengan cara meminta maaf kepada Omy. Namun Hotmin tetap enggan meminta maaf karena beranggapan dirinya sudah menjadi korban penganiayaan.

Bahkan, Hotmin pun sudah melaporkan balik Omy ke polisi dengan tuduhan penganiayaan. Nah... panjang kan urusannya.

IVANSYAH

gak ada yang liat lagi

wekekekek...
udah lama...banget gak nulis...
hari ini, hari pertama kuliah lagi...maksudnya kuliah semester tiga...hari selasa, kuliah pertama perkembangan 2 sama Bu Ati lagi...salah satu dosen yang unik...wehe...
semester sekarang ngebahas fase perkembangan remaja sama dewasa...waduh, banyak yang disensor kali ya???(mikir apa coba?)

sekarang lagi di warnet....tanggal satu ya???
asik, tanggal sembilan balik ke kampung...nyang...pulang2 langsung ketemu temen langsung buka puasa bareng...besoknya langsung berangkat ke Pekanbaru...lelahnya...moga ja kuat....

beli banyak yukata sapa tau laku di AkAMARU.....maunya laku paling gak balik modal...biar da duit lagi...lumayan buat modal dagang lagi, mau dagang yang lain....sama mau jual pulsa yang lebih pool...
*otaknya sekarang dagang...maklum nak kost perlu duit...uwehehehe*

sekarang juga lagi nge-fans sama Super Junior...kapan di Indonesia ada ya....ukh...

Untuk yang tak tahu

ada yang bilang, kalau dia benci banget sama orang yang ngerasa penderitaan yang dialami orang itu paling bikin sengsara.
hey, jangan pernah komentar seperti itu. masalah berat bagi setiap orang kan beda-beda. nilainya relatif. kecuali emang masalah remeh yang dilebih-lebihkan. itu sih wajar kita sebelin.

jangan-jangan dia bilang itu karena mau teriak kalau dirinya punya masalah yang sebenar-benarnya katagori berat? cuma gak mau ngaku? oh yeah, come on! saia tahu, bisa saja masalah dia berat. tapi, saia gak bisa terima kalau dia juga ngeremehin masalah orang lain. tiap orang punya kuantitas n kualitas sendiri akan masalah mereka kan???
jangan menilai orang' lemah' seenaknya.

yah sekian....
mohon komennya

hobiku

Saia pikir, saia tidak pernah menyukai sesuatu tanpa rekomendasi. Sepanjang yang saia ingat ya… seperti rasa suka saia terhadap merk teh tertentu. Yang kalau bisa selalu saia minum tiap sore. Itu adalah teh pertama yang menjadi favorit mamaku. Teh dengan rasa unik yang menyenangkan, lembut sekali rasanya. Cincai sekali dengan kepribadian mamaku. Saia juga menyukai jenis2 seafood, itu juga karena ayahku. Hobiku yang membaca, menulis atau apapun itu juga berasal dari orang lain.

Mungkin hobiku yang sebenarnya mencoba banyak hal kali ya? Tapi, saia pikir gak juga. Karena tidak semua hal saia mau saja mencoba. Hanya yang sudah direkomendasikan tentu saja.

Ah, mungkin saja hobi saia yang murni sejak kecil hanya beladiri kali ya? Hanya itu yang benar2 membuat saia sampai pernah ikut kejuaraannya atau paling tidak sangat antusias. Yang lainnya biasanya hanya sekedar ingin melakukan dan berkala. Jadi tergantung mood juga. Kalo sedang mood saia bisa sangat berkonsentrasi akan hal ini. Tapi, hampir tak pernah menahun. Beda dengan beladiri yang sempat saia pelajari. Seperti Tapaksuci, saat saia masih SMP atau lebih tepatnya Tsanawiyah. Saat itu saia di’pondok’an oleh Orang tua saia karena saia ‘cukup’ aktif. Sehingga, mungkin lebih baik kalo saia di’pondok’an. Dan tentunya beberapa hal yang terjadi di rumah. Sebagai alasan untuk mengisi waktu luang. Saia meminta izin pada orang tua saia untuk mengikuti ekskull Tapaksuci. Dan terhenti karena orang tua saia harus pindah ke Sumatera barat. Sebenarnya, saia diizinkan untuk menetap di sana. Tapi, saia memang saat itu tidak ingin ditinggal. Saat itu mungkin saia baru terbiasa tidak bertemu satu minggu. Karena saat saia melewatkan liburan sehari per bulan saia. Sungguh, saat itu saia bahkan menangis (cengeng memang). Jadi di pertengahan kelas VIII saia pindah ke Sumatera barat.

Saat itu di SMP baru saia, tidak ada ekskull beladiri. Sekolah kecil memang, namun sekolah itu juga yang mengantarkan saia ke salah satu sekolah favorit dikota saia. Dan saia sangat bersyukur. Karena saia bisa masuk ekskull beladiri lagi. Taekwondo. Nikmat… nah, disinilah baru saia bisa mengikuti kejuaraan. Bahkan sangat bersemangat dalam latihan (tapi, saia merasa paling lemah saat harus berlari)

Saat masih di tapaksuci, sulit sekali untuk turun dalam kejuaraan. Karena banyak sekali kawan satu ekskull saia saat itu. Dan walau bukan yang paling bagus, tapi, saia bersyukur dan senang sekali saat itu. Tak ubahnya, waktu saia menjalani latihan di Taekwondo. Tapi, saia dilarang mengikutinya lagi saat naik kelas XII. Dilarang, untuk selamanya. Alasannya klise dan menyebalkan. “kamu itu perempuan”. Hhh..ok. nurut deh. Sekarang kalo mau les juga yang dipandang sebagai kesenangan para perempuan ‘normal’. Saia juga gak ngeluh. Mungkin karena dibesarkan seperti itu. Orang tua saia berusaha menyadarkan saia bahwa saia perempuan (yang beberapa waktu lalu diragukan oleh teman2ku_bercanda pastinya). Dan saia sangat tidak suka jika ada orang yang menganggap orang tua saia kolokan atau kuno dan saia diperlakukan seperti perempuan purba masa lalu, yang selalu memandang rendah perempuan. Tahukan kamu? Saia sangat menghormati mereka. Saat itu (dulu waktu saia belum mengerti), mungkin saia merasa diperlakukan tidak adil (penyesalan selalu datang terlambat). Tapi, pikirku berubah. Semua pasti demi kebaikan saia. Dan orang tuaku bukan lah yang bertipe menjual anak perempuannya (apalagi saia satu2nya perempuan).

Tiap orang mungkin berbeda pikirannya. Tapi ingat. Selalu lakukan yang terbaik menurut hati kecilmu. Karena hampir selalu yang disuarakan hati kecilmu. Adalah sesuatu yang terbaik. Baik paling tidak. Dan itu membuat saia merasa lebih baik akhirnya. Saran saia aja c….

sahabat-sahabatku

Ah…saia ingin sekali memperkenalkan sahabat saia waktu SMA. Yang memulai jalinan persahabatan itu sejak kelas 2 SMA. Dan namanya RIPERKLAN (Ririn, Ilham, Prima, Erfi, Rina, Kelvin, Lisa, Abi, Novi). Nama ini sendiri baru ada waktu kelas 3 SMA. Nama itu menjadi symbol kami. Saia ingat sekali, terbentuknya nama itu terjadi saat kami sedang main bersama disebuah WARNET (Mungkin hampir semua bilik di WARNET itu kami yang mengisi).

Persahabatan kami pun terbentuk karena posisi duduk kami yang berdekatan. Diawal kelas XI sebenarnya, tempat duduk kami sama sekali tidak dekat. Mungkin karena saia benar2 mendapat teman baru dikelas itu. System sekolah kami benar2 mengacak muridnya. Kecuali kelas IPA 1,2 dan 3 tentunya (isinya orang jenius dari planet krypton). Jadi, karena saat itu saia di depak dari komunitas orang2 krypton itu, saia dipindahkan di komunitas orang2 biasa (katanya sih, SMA saia termasuk yang popular, c’mon guys… saia sepertinya benar2 hanya nyasar saja disana..). dan setelah diacak, saia masuk di kelas XI IPA 5.

Bodohnya saat itu saia telat datang, jadi saia mendapatkan kursi yang gak bisa dibilang enak (awalnya) meski sebenarnya enak (setelah lihat situasi). Dan saia juga duduk disebelah orang yang sangat asyik. Sayangnya saia tidak bisa terlalu akrab dengan dia karena dia sendiri sudah mempunyai kelompok sendiri (kalian akan tahu kalo para perempuan sudah membentuk kelompok, apa yang menjadi peraturan kasat mata mereka sungguh mengerikan).

Persahabatan saia dengan kawan saia saat masih kelas X, saat itu sungguh sangat renggang. Karena 2 diantaranya saat itu menjadi musuh bebuyutan (saat ini masih sih, untungnya mereka tak lagi ‘cakar2an’).

Jadilah saia seorang diri ‘untuk beberapa saat’. Masih merasa beruntung, paling tidak satu dari sekian banyak perempuan dikelas itu satu ekskull dengan saia, nah, dia itu Rina. Meski hanya sapa2an diawal dan gila2an kemudian. Dan kemudian menyusul pula Ririn. Kami berkumpul juga karena kebetulan mempunyai persamaan hobi. Saat itu kami tergila-gila dengan manga, anime, dorama,dan beberapa music J-rock (misalnya L’arc~en~ciel, bukan J-Rocks ala Indonesia).

Pertengahan kelas XI kelas kami dipindahkan ditempat yang menurut orang2 lebih layak (layak atau karena mereka iri? Scara ya..kelas kami saat itu benar2 disebelah kantin. Saat pergantian pelajaran banyak yang mengisi waktu luang dikantin. Setidaknya beli permen). Nah mulai saat itu saia duduk sebangku dengan Ririn, dan Rina? Akibat ia datang kurang cepat, mendapatkan bangku yang tidak terlalu nyaman, meski bukan yang terburuk.

Nah, sejak pindah kelas, hubungan saia, Ririn, Rina, Novi, Lisa, Ilham, Juan (nama panggilan Kelvin) dan prima yang sebelumnya hanya teman belajar kelompok (saat itu sebagia dari kami belum mengenal ABi, beda kelas), lama2 sering mengadakan acara. Bisa macem2, ada rayaan ULTAH, Belajar bareng, Makan bareng, dan lain2. Nah, yang paling berkesan dihubungan ini adalah, meski kami gak bisa mengaku bahwa kami adalah benar2 anak baik, untuk urusan ibadah kami gak ketinggalan dan sering kali melakukannya bersama.

Setelah naik kelas XII, praktis kami dibagi rata. Minimal 2 orang tiap kelas, dan maksimal 3 orang tiap kelas. Ririn dengan Juan, Novi dengan Ilham, Lisa dengan Rina juga Abi, sedang saia dengan Prima. Tapi kami gak pernah absen ngumpul, tiap jam istirahat kami pasti ngumpul di dekat tangga, tempat favorit kami. Dan hidup SMA kami benar2 berarti (dalam banyak hal). Bolehlah berbangga hati, karena cowok2 dari kelompok kami lumayan popular, dan para perempuannya juga ‘popular’ dalam banyak hal. Dan salah satu pelajaran yang harus kalian ambil dari persahabat kami adalah, keterikatan atau rasa suka sayang kita pada sesuatu, tidak melulu dilandasi dengan persamaan semata. Karena, persahabatan kami diberi anugrah, bahwa kami sangat-sangat-sangat variatif dalam banyak hal.

Suatu saat saia sangat ingin memperkenalkan mereka pada kalian.

yang tak pernah berjumpa

Saat saia menulis ini sebenarnya, tanggal 30 januari. Dan tadi, jam 1 siang (sekarang jam ½ 6 sore). Saia menghadiri Liqo rutin. Menyenangkan sekali. Karena, selama ini saia tidak bisa hadir karena selalu bertepatan dengan kuliah. Biasanya, saia kuliah untuk hari jum’at itu jam 9. Dan pada jadwal Liqo, acaranya jam ½ 9. Waktunya mepet. Karena itu sering kali saia tidak hadir. Hanya bisa ikut kalo libur. Seperti hari ini. Untung libur semester, dan saia bersyukur kembali karena jum’at depan saia pasti masih bisa Liqo. Cuma saia kurang tau apa jadwal kuliah saia semester ini mengijinkan saia bisa ikut Liqo lagi. Kalo jadwalnya tidak berubah, sepertinya, lagi2 saia tidak dapat ikut lagi. Semoga saja jadwal kuliahnya bisa berubah lagi, atau saia mungkin bisa mengusulkan jadwal Liqo yang berubah.

Saat Liqo tadi, saia mendengar kabar duka. Kawan satu Liqo saia yang bernama Annisa wafat tanggal 20 Januari kemarin. Kenapa saia menyebutnya wafat dan bukannya meninggal? Karena saia lebih memandang tinggi kata wafat dari pada meninggal. Saia menggunakan kata wafat hanya pada orang2 yang saia segani. Dan kenapa saia men’segan’i Annisa? Meski saia belum pernah bertemu dengannya. Saia tidak tahu bagaimana wajahnya (karena saia baru datang Liqo 2 kali, dan tidak pernah bertemu dengannya), saia mendengarkan cerita tentangnya yang sangat menakjubkan. Betapa sebagai manusia dalam konteks apapun statusnya, di semua aspek, beliau begitu dahsyat.

Nisa berasal dari lampung. Pada dasarnya ia memang sudah sakit2an. Namun setau saia, sakit yang ia derita memang bukanlah sakit yang ringan. Hanya saja tipe sakit berat yang menahun. Salah satunya ia sakit jantung, hanya sakit jantung yang benar2 saia ketahui. Itupun jenis penyakit jantung yang mana ia derita, saia tidak tahu. Jadi pada dasarnya ia memang tidak kuat untuk terlalu lelah. “Tapi, kalo kamu melihatnya, takkan pernah terbayang olehmu bahwa ia adalah orang yang mempunyai penyakit dan mudah pingsan!” seru temanku Nadya saat menceritakan tentang Nisa. Ia begitu terkenal dengan diri yang tangkas dan cekatan. Pintar dan berwibawa. Sebagai seorang perempuan yang dikodratkan tidak memiliki kekuatan fisik yang kuat, ia sangat bisa digolongkan sebagai perempuan super.

Hanya saja, sekitar akhir bulan November kemarin, dikabarkan bahwa hamper setiap malam ia selalu jatuh pingsan. Karena sudah kepayahan dan teman2 satu kos dengannya sangat mengkhawatirkan keadaan dia. Maka ia dilarikan kerumah sakit. Barulah ia mengetahui, bahwa ia menderita kanker darah. Mengerikan. Dan bukan stadium yang masih ringan, 1 atau 2. Tapi sudah pada tingkat mengkhawatirkan. Terakhir yang saia ketahui sebelum beliau wafat adalah beliau sempat dirawat disebuah RS di bandung dan akhirnya dibawa kembali ke kampung halamannya, lampung, dan menjalani pengobatan herbal. Yang dipercaya orang tuanya sebagai jalan yang lebih aman. Dan akhirnya, perjuangannya beralhir tanggal 20 januari lalu.

Saia memang belum pernah bertemu dengannya. Tapi, tahukan anda semua? Begitu luar biasanya beliau. Sungguh terhormat hidupnya. Sungguh bermakna jalannya. Kami sangat banyak belajar darinya. Betapa hidupnya berharga. Betapa ia luar biasa. Betapa saia menyesal tak pernah berjumpa dengannya.

gempa 2005

Hey, sudah pernah merasakan gempa? Kapan pertama kalinya kamu diperkenalkan tentang efek gempa secara langsung? Bagaimana benda2 itu bergerak, apa kamu pernah melihatnya? Bagaimana dengan suaranya?

Saia yakin, ada diantara kalian yang pernah merasakannya secara langsung, bahkan berlangsung sangat mengerikan. Tapi, saia juga yakin ada yang belum merasakan. Hanya tau dari media2. Melihat dan mendengar, tapi, belum pernah merasakan. Bagaikan hanya sebuah mimpi mengerikan dan tak ingin mengalaminya.

Cuaca hari ini di kamar kostku. Sekitar jam 6 pagi (060209). Terdengar suara diluar. Bersuara begitu kencang. Reaksi pertama saia adalah, Terdiam kaku, merasakan kegugupan yang luar biasa, dan merasa aneh. Pertanyaan yang langsung terjawab dalam benak saia-pun terjadi.

“koq tidak ada yang berderak?”

“padahal bunyinya cukup keras?”

“kenapa tanah yang kupijak tak bergetar sedikitpun?”

. . .

“oh, hanya angin yang bertiup kencang saja. Yang menggetarkan setiap benda (yang berada diatas tanah) yang dilewatinya. Dan tiupan angin itu berada diatas tanah. Tanah ‘mungkin’ takkan berderak hanya karena angin..”

Tahun 2005, saat itu saia sedang berada disekolah, Minggu sore, bersama kawan2 dan pelatih sedang berlatih Taekwondo. Saat itu sangat menyenangkan. Padahal waktu itu, ayah saia sangat tidak mengijinkan saia ikut ekskul itu. Tapi, dengan berbagai alasan saia bisa membujuknya. ‘itu cuma masalah teknik, kan?’. Kakak saia yang pertama sedang kuliah di Bandung. Kakak saia yang kedua, sedang berada di Pekanbaru, untuk mengikuti ujian untuk masuk salah satu Universitas terkemuka di Indonesia. Orangtua saia sedang berada di pertokoan untuk membeli berbagai macam kain. Om saia, yang tinggal bersama kami, sedang berada dalam perjalan pulang dari kawasan kampusnya, sehabis belajar bersama kawan sejurusannya.

Tak terpikirkan oleh kami saat itu, dalam suasana terpecah begitu, tanpa persiapan apapun. Saia tidak ingat jam berada persisnya. Karena saat itu berada diantara waktu pertengahan latihan sampai sudah akan selesai. Mungkin jam 5 kurang. Saat itu sedang berlangsung sparing, entah siapa melawan siapa (mana mungkin saia bisa ingat? Kejadian itu..). Saat itu posisi kami sedang duduk melingkar dilapangan sekolah kami. Melihat dengan cermat dan bersorak, meramaikan sparing yang sedang dilakukan teman ditengah lingkaran.

Seseorang berkata dengan raut bingungnya…

“kak..kak.. koq pohon itu goyang?”

Kata seorang adik kelas laki2 saia disebelah saia yang suaranya tak lagi bisa digolongkan berbisik karena saat itu juga hampir semua orang dilapangan itu melihat kepohon yang ditunjuk dan mulai melihat pohon yang lainnya. Semua bergoyang. Dan mulailah, bergerak seakan merambat ke bangunan2 sekolah terawat kami yang cukup tua umurnya. Semua jendela berderak. Sebagian dari kami masih terkesima ditengah lapangan, dalam posisi berdiri, guru yang mengajar kami hanya sekejap terkesima, lalu berdiri menghampiri motornya, padahal saat itu Bumi MASIH berderak kencang. Setelah belasan detik, guru kami mulai tersadar akan kehadiran kami yang sempat terlupakan karena perasaan tegang yang, ayolah! Semua di lapangan saat itu bahkan hampir tidak menyadari apa yang sedang dilakukannya, berdiam atau sedang bergerak!!

Beliaupun menginstruksikan dengan suara khasnya (kami tersadar oleh suaranya yang selalu bergema di telinga kami), bahwa latihan selesai, jangan panik, dan segera menuju rumah. Jangan ragu! Kuatkan mental!

Saat itu saia sadar sedang berpelukan dengan dua teman saia, Putti dan Uli, sedang berdoa, menyebutkan doa2 dengan panik, karena begitu mengerikan, yang terpikirkan hanya itu, dan begitu sadar, Putti, memperlihatkan wajah sangat pucat. Rumahnya berada ditepi pantai, garis depan sasaran tsunami, dan hampir seluruh anggota keluarganya saat itu berada dirumah. Uli yang ternyata rumahnya juga berada di kawasan bahaya tsunami merasa kalut. Dan saia, yang hampir seluruh anggota keluarga terpencar-pencar, dan rumah berada tak jauh dari pantai, yang ternyata masuk dalam kawasan bahaya tsunami. Tak ada satupun diantara kami merasa aman. Karena itu, satu2nya yang kami lakukan saat itu hanya menguatkan kawan kami.menguatkan Putti utamanya, dan menyuruh tenang untuk segera pulang yang tak terelakkan lagi juga ditujukan kepada diri sendiri. Dan saa itu Bumi MASIH bergerak.

Tanpa berganti baju. Mengambil tas. Berlari sekuat tenaga menuju rumah. Naik kendaraan yang mau mengangkut. Semua wajah panik. Terakhir berpisah, raut wajah Putti pucat, pias, mulai berlinang air mata, ditemani Uli.

Sampai dirumah, Om saia sudah berada diluar pagar, menatap nanar kearah rumah, baru setengah pertanyaanku padanya, ia langsung meminta kunci rumah pada saia. Kami menerobos masuk kedalam rumah, vas bunga diruang tamu jatuh. Kondisi rumah berantakan sekali. Barang jatuh dimana-mana untungnya bukan barang pecah belah, tak banyak bisa ditemukan disana. Saia menuju kamar saia, whiteboard jatuh, lampu belajar yang tadinya berada diatas meja juga terjatuh, menumpahkan isi tempat pensil penuh berukuran besar, sehingga isinya menyeruak kemana-mana. Lalu terdengar suara mobil diluar, dimatikan dengan panik. Saia menghampiri orangtua saia dan masih diluar untuk menjelaskan keadaan. Baru beberapa detik menjelaskan, Bumi kembali BERGERAK KENCANG. Kami hanya bisa berpelukan dan menyebut-nyebut nama Tuhan kami. Dan melihat Om saia berlari keluar, keseimbangannya kacau sekali.

Tak ada yang berani masuk rumah, semua warga disana berada diluar, paling berani hanya diteras. Radio diperbesar volumenya. Memperdengarkan suara gubernur kami. Bukan lagi walikota! Tentu gempa ini sangat besar, bukan hanya dikota Padang, yang ternyata menjadi pusat gempa ternyata banyak tempat. Dikota tetangga dan di kawasan pantai padang. Meminta tenang.

Semua itu mengerikan, dan saat itu masih tahun 2005. Dan sekarang tahun 2009. Tak ada yang terlupa dengan kejadian itu. Saat itu saia mengerti begitu mengerikan saat merasa Bumi berguncang. Saia tidak dapat membayangkan sangat mengerikan keadaan di Aceh sebelumnya. Gempa besar dan tsunami datang menyerbu dan menghabisi banyak nyawa tak terhitung.